Kamis, 13 Juni 2013

Pendidikan Anak Prasekolah




Pendidikan  masa kanak-kanak

Masuk ke kelompok bermain adalah langkah yang penting, memperluas lingkungan fisik, kognitif  dan sosial anak. Peralihan ke TK dimulainya sekolah yang sebenarnya adalah langkah penting yang baru.

Tujuan dan tipe kelompok bermain

Dibeberapa negara seperti Cina, kelompok bermain diharapkan menyediakan persiapan akademis untuk sekolah. Kebanyakan kelompok bermain di AS dan negara barat lainnya mengikuti filosofi terpusat pada anak menekankan pertumbuhan sosial dan emosional sejalan dengan kebutuhan-kebutuhan perkembangan anak.
Pendukung pendekatan perkembangan tetap bertahan bahwa program yang berorientasi akademis mengabaikan kebutuhan anak kecil untuk mengeksplorasi dan bermain bebas serta instruksi yang terlalu banyak dari guru dapat menghambat minat mereka dan merusak pembelajaran atas inisiatif sendiri.
Anak yang berusia 4 dan 5 tahun dari 3 tipe kelas kelompok bermain di Washington DC. Terfokus pada anak terarah secara akademis dan gabungan dari keduanya. Mereka juga mempunyai kemampuan motorik yang lebih maju dibandingkan 2 kelompok yang lain dan memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan kelompok yang menggabungkan kedua pendekatan dalam skor kemampuan komunikasi dan perilaku.

Program Pengimbangan Prasekolah

            Lebih dari dua atau tiga anak di area pinggiran yang  miskin masuk sekolah tanpa persiapan  yang baik untuk belajar. Pada tahun 1960an program berskala besar telah dikembangkan untuk membantu anak seperti ini mengompensasi apa yang tidak mereka dapat dan mempersiapkan mereka untuk sekolah.
            Program pengimbangan prasekolah terbaik di AS untuk anak dari keluarga berpenghasilan rendah adalah Head Start Project, program yang didanai pemerintah federal yang diluncurkan tahun 1965. Konsisten dengan pendekatan anak yang utuh tujuan program ini adalah bukan hanya meningkatkan kemampuan kognitif tetapi juga meningkatkan kesehatan fisik dan menumbuhkan kepercayaan diri, hubungan dengan orang lain. Tanggung jawab sosial, serta rasa bangga dan harga diri untuk anak dan keluarga. Program ini menyediakan perawatan kesehatan medis, gigi, dan mental, layanan sosial, dan setidaknya sekali makanan hangat dalam satu harian.
            Anak-anak yang mengikuti head start mengalami peningkatan dalam kosakata, pengenalan huruf, menulis awal, dan matematika awal, kesiapan kemampuan mereka masih tetap dibawah rata-rata.
            Meskipun demikian anak-anak dari program head start dan program-program pengimbangan lain nya akan memiliki kemungkinan yang lebih sedikit untuk ditempatkan di pendidikan khusus atau tinggal kelas dan lebih mungkin untuk menyelesaikan SMA dibandingkan anak dari keluarga berpenghasilan rendah yang tidak ikut program ini. Lulusan dari salah satu program serupa, Perry Preschool Project juga lebih sedikit kemungkinan nya untuk menjadi remaja nakal atau hamil pada usia dini.
            Pada tahun 1995 program Early Head Start mulai menawarkan layanan perkembangan anak dan keluarga kepada perempuan hamil serta kepada bayi batita mulai lahir sampai berusia 3 tahun. Sampai tahun 2002, program ini sudah beroperasi di 664 komunitas dan melayani sekitar 55.000 anak. Pada usia 3 tahun  mereka lebih tidak agresif, lebih berkonsentrasi ketika bermain dan lebih terlibat secara positif dengan orangtua mereka.
            Chicago Child Centers, sebuah program pengimbangan berskala besar yang didanai pemerintah federal, melayani anak mulai usia 3 tahun sampai kelas 3 SD. Penambahan beberapa tahun yang melibatkan penambahan akademis secara signifikan meningkatkan prestasi membaca partisipan serta menurunkan tingkat pengulangan kelas dan penempatan dikelas khusus sampai kelas 1 SMP. Dibandingkan partisipan yang hanya berpartisipasi selama 2 atau 3 tahun.

Peralihan Masa Prasekolah Menuju Taman Kanak-kanak

Anak taman kanak-kanak adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu proses evolusi manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri.
Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek: gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya. Proses pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun secara formal dapat ditempuh di taman kanak-kanak.
Seperti taman kanak-kanak di Amerika Serikat sekarang sudah menjadi mirip kelas 1 SD. Anak menghabiskan waktunya lebih sedikit pada aktivitas yang dipilihnya dan lebih banyak waktu dihabiskan pada lembar tugas dan persiapan membaca. Meskipun di berbagai negara bagian tidak mensyaratkan program TK atau harus masuk TK. Sejak akhir tahun 70-an ada peningkatan jumlah anak yang masuk TK. Pendorong praktis dari hal ini adalah makin besarnya jumlah orangtua tunggal atau keluarga yang orangtuanya bekerja, sejumlah besar anak sudah mengalami masa kelompok bermain, program pra-TK, atau penitipan anak penuh waktu sudah siap untuk mengikuti kurikulum TK yang lebih berat dan lebih intensif waktunya.

Apakah anak belajar lebih banyak dalam sekolah penuh?
Menurut sebuah penelitian longitudinal terhadap sampel anak sekolah negeri yang mengikuti TK sehari penuh lebih mungkin dibandingkan yang mengikuti TK setengah hari untuk menerima instruksi harian mengenai kemajuan pramembaca serta pelajaran matematika, sosial dan sains dan cenderung berprestasi lebih baik pada akhir masa TK dan kelas 1 SD. Kebanyakan anak saat ini mengikuti TK sehari penuh. Keberhasilan di TK sangat bergantung pada penyesuaian emosional dan sosial serta persiapan prasekolah.
Penyesuaian sosial dan emosional adalah faktor penting dalam kesiapan masuk TK dan merupakan prediktor yang kuat terhadap keberhasilan disekolah. Hal yang lebih penting dari pada kemampuan mengenal huruf dan berhitung sampai 20, menurut para guru TK, dan mengatur pembelajaran diri sendiri.
Melalui suatu proses pembelajaran sejak usia dini, diharapkan anak tidak saja siap untuk memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut, tetapi yang lebih utama agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan fisik-motorik, kognitif, bahasa sesuai dengan tingkat usianya.

1. Perkembangan Motorik
Pertumbuhan fisik pada setiap anak tidak selalu sama, ada beberapa anak yang mengalami pertumbuhan secara cepat, tetapi ada pula yang mengalami keterlambatan. Pada masa kanak-kanak, pertumbuhan tinggi badan dan berat badan relatif seimbang, tetapi secara bertahap tubuh anak kan mengalami perubahan.
Pertumbuhan fisik yang dialami anak akan mempengaruhi proses perkembangan motoriknya. Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot-otot yang terkoordinasi. Sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan bergerak dan kegiatan bergerak ini akan sangat menggunakan otot-otot yang ada pada tubuhnya.
Coba perhatikan gambar di dibawah ini, anak bersama teman-temannya sedang bermain dan mengembangkan kemampuan fisik motoriknya. Tidak ada rasa takut terpancar dari wajah anak-anak ini.
Gerakan yang banyak menggunakan otot-otot kasar disebut motorik kasar (gross motor) yang digunakan untuk melakukan aktivitas berlari,memanjat, melompat atau melempar. Sementara gerak yang menggunakan otot-otot halus yang disebut motorik halus (fine motor) cenderung hanya
digunakan untuk aktivitas menggambar, meronce, menggunting, menempel atau melipat.

2. Perkembangan Kognitif
Kognitif atau sering disebut kognisi mempunyai pengertian yang luas mengenai berfikir dan mengamati. Ada yang mengartikan bahwa kognitif adalah tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Selain itu kognitif juga dipandang sebagai suatu konsep yang luas dan inklusif yang mengacu kepada kegiatan mental yang terlibat di dalam perolehan, pengolahan, organisasi dan penggunaan pengetahuan.
Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa kognitif merupakan proses mental yang berhubungan dengan kemampuan dalam bentuk pengenalan secara umum yang bersifat mental dan ditandai dengan representasi suatu obyek ke dalam gambaran mental seseorang apakah dalam bentuk simbol,tanggapan, ide atau gagasan dan nilai atau pertimbangan.

3. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan suatu urutan kata-kata, dan bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai tempat yang berbeda atau waktuyang berbeda.Vygotsky (1978: 80) berpendapat bahwa “perkembangan bahasa seiring dengan perkembangan kognitif, malahan saling melengkapi,keduanya berkembang dalam satu lingkup sosial”. Piaget (Santrock, 1995: 238) berpendapat bahwa “berpikir itu mendahului bahasa dan lebih luas dari bahasa”. Bahasa adalah salah satu cara yang utama untuk mengekspresikan pikiran, dan dalam seluruh perkembangan, pikiran selalu mendahului bahasa. Bahasa dapat membantu perkembangan kognitif.



Sejalan dengan perkembangan kognisinya, anak pada usia ini sering kali mengajukan pertanyaan-pertanyaan “Mengapa begini mengapa begitu”, “Ini apa itu apa”. Minat anak usia ini sangat luas dan mereka selalu ingin mengetahui segala sesuatu yang ada di dunia ini. Ibu guru dan anak-anak sedang berbincang-bincang tentang sesuatu hal. Nampak dalam gambar di samping, ibu guru sedang berbicara dengan anak, menjawab pertanyaan anak dan anak menjawab atau mengomentari apa yang ditanyakan gurunya.
Selain itu seiring dengan meningkatnya tekanan akademis dan emosional kebanyakan orangtua menahan anaknya selama satu tahun dan beberapa negara bagian menaikkan batas tanggal lahir untuk syarat masuk karena percaya bahwa anak yang ulangtahun dekat dengan batas tersebut akan lebih siap untuk TK jika mereka menunggu satu tahun. Anak yang lebih tua ketika masuk TK memang memiliki keuntungan akademis awal yang lumayan tetapi pada saat berusia 3tahun  keuntungan ini sudah hilang.
Para ahli memandang masa usia dini adalah masa yang paling fundamental bagi perkembangan selanjutnya. Selain itu masa ini juga dipandang sebagai masa keemasan (golden age), masa sensitif atau masa peka, masa inisiatif dan berprakarsa, dan masa pengembangan diri. Begitu pentingnya masa ini maka para ahli memandang perlunya stimulasi yang bermakna agar anak dapat berkembang secara optimal.

MONTESSORI APPROACH

            Jumlah Montessori School di Amerika Serikat dari 1 sekolah di  tahun 1959 ke 355 sekolah pada tahun 1970, dan 4000 pada tahun 2005. Sebenarnya apa itu Montessori School yang menumbuhkan minat bagi warga amerika serikat?
            Montessori School atau Montessori Approach terbentuk setelah adanya filsuf pendidikan, Maria Montessori, seorang Dokter dan pendidik dari Italia yang membentuk pendekatan kepada pendidikan anak kecil pada awal abad ke-21. Diawali di Roma dimulai pada anak yang memiliki keterbelakangan mental. Dia berhasil mengajar mereka membaca, menulis, dan melewati ujian yang didesain untuk anak yang normal, kemudian dia melanjutkan mengajar anak gelandangan di permukiman kumuh di Roma, dan akhirnya pendekatan yang dilakukannya berhasil. Pada akhirnya pendekatan montessori banyak di adaptasi di Amerika serikat.
            Pendekatan Montessori sendiri adalah sebuah filosofi  pendidikan dimana anak-anak diberikan kebebasan dan spontanitas untuk memilih aktivitas mereka sendiri dan diperbolehkan berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas yang lainnya, guru hanya bertindak sebagai fasilitator bukan sebagai penentu kegiatan mereka. Guru memperlihatkan aktivitas intelektual, memberikan demo cara yang menarik untuk mengeksplor materi kurikulum, dan membantu anak-anak apabila menemukan kesulitan. Dengan mendorong anak-anak untuk membuat keputusan dari usia awal Montessori approach mengembangkan cara untuk menyelesaikan self-regulated problems dimana anak-anak dapat membuat dan mengambil keputusan mereka sendiri.
            Beberapa developmentalist mendukung Montessori approach. Tetapi, banyak juga developmentalist yang percaya bahwa Montessori mengabaikan perkembangan sosial anak-anak. Contohnya: Ketika montessori membantu mengembangkan kepercayaan diri dan perkembangan kemampuan kognitif, itu mengurangi interaksi verbal antara guru dan murid dan juga antar kelompok .
            
DEVELOPMENTALLY APPROPRIATE DAN INAPPROPRIATE EDUCATION

Pengertian DAP (Developmentally Appropriate Practice) atau dalam terjemahan bebas Bahasa Indonesia adalah pendidikan yang patut dan menyenangkan sesuai dengan tahapan perkembangan anak, mencerminkan proses pembelajaran yang bersifat interaktif. Konsep DAP yang dikembangkan melalui baragam kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, menyebabkan anak memiliki pengalaman yang kongkrit serta menyenangkan saat terjadinya proses belajar, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran (awareness) pada anak.
Pengalaman anak-anak adalah membedah perasaan, dan tidak hanya perilaku terbuka dengan meberikan anak-anak suatu lingkungan dan emosi-emosi yang dikehendaki akan lazim dan emosi-emosi yang tidak dikehendaki menjadi jarang.
Menurut Bredekamp dan Rosegrant Sebagaimana dikutip oleh Rebecca Novick dalam papernya Developmentally Appropriate Practice And Culturally Responsive Education : Theory in Practice, Menyatakan bahwa:
“Developmentally appropriate practice reflect an interactive, constructivist view of learning. Key this approach is the principle that the child constructs his or her own knowledge through interactions with the social and physical environment because the child is viewed as intrinsically motivated and self directed, effective teaching capitalizes on the child’s motivation to explore, experiment, and to make of his or her experience.”
DAP mencerminkan suatu pembelajaran yang interaktif dan berpandangan konstruktivisme. Kunci dari pendekatan ini adalah prinsip bahwa anak pada dasarnya membangun atau mengkonstruk sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan sosial dan fisik mereka. Dalam pendekatan ini diupayakan agar anak dapat memotivasi dan mengarahkan diri secara intrinsik, pembelajaran yang efektif yang mampu membangkitkan keingintahuan mereka melalui kegiatan eksplorasi, eksperimen dan dalam pengalaman nyata.
Adapun Vygotsky berpendapat bahwa bermain dan aktifitas yang bersifat konkrit dapat memberikan momentum alami bagi anak untuk belajar sesuatu yang sesuai dengan tahap perkembangan umurnya (age appropriate), dan kebutuhan spesifik anak (individual needs). Bermain adalah cara yang paling efektif untuk mematangkan perkembangan anak pada usia pra-sekolah (Pre-operational thinking), dan pada masa sekolah dasar (Concrete operational thinking).
Pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan alami untuk belajar, asalkan tidak bertentangan dengan prinsip kerja struktur dan fungsi otak. Banyak ditengerai bahwa sekolah tradisional yang menerapkan pembelajaran dengan cara-cara tradisional telah menghambat proses belajar mengajar dan tidak sesuai dengan prinsip ini.
Terkait dengan cara kerja struktur dan fungsi otak, terdapat beberapa prinsip brain- based learning yang sangat penting untuk diketahui oleh para pendidik.
a) Otak memproses beberapa aktivitas dalam waktu bersama ketika seseorang sedang makan, secara simultan otak memproses kegiatan mulut untuk mengunyah, lidah untuk mengecap, dan hidung untuk mencium bau makanan.
b) Otak memproses informasi secara keseluruhan dan secara bagian per bagian dalam waktu bersamaan (simultan). Ketika seseorang anak belajar naik sepeda, aspek motorik, kognitif dan emosi anak terlibat secara bersamaan. Dengan demikian anak akan lebih cepat menguasai ketrampilan ini, dari pada hanya memperoleh teori saja, yang hanya ditumpukan pada aspek kognitif.
c) Proses pembelajaran melibatkan seluruh aspek fisiologi manusia secara alami otak selalu mencari makna atau arti dalam setiap informasi yang diterimanya. Otak akan memproses lebih lanjut informasi yang bermakna, namun tidak demikian dengan informasi yang tidak bermakna.
d) Faktor emosi sangat mempengaruhi proses belajar.
e) Motivasi belajar akan meningkat bila diberikan sesuatu yang menantang dan akan terhambat bila diberikan ancaman.
f) Manusia akan lebih mudah mengerti dengan diberikan fakta secara alami atau ingatan spasial (bentuk gambar).
Terdapat tiga dimensi yang harus dipahami dalam konsep DAP yaitu:
a. Patut Menurut Umur
Dalam dimensi ini pendidik diharapkan memahami tahapan perkembangan anak secara kronologis. Pemahaman tentang hal ini dapat menjadi bekal bagi pendidik untuk mengetahui aktifitas, materi, dan interaksi social apa saja yang sesuai, menarik, aman, mendidik, dan menantang bagi anak. Hal ini sangat penting sebagai acuan dalam merancang dan menerapkan kurikulum, serta menyiapkan lingkungan belajar yang patut dan menyenagkan.
b. Patut Menurut Lingkungan Sosial Dan Budaya
Pemahaman pendidik terhadap latar belakang sosial budaya anak dapat dijadikan dijadikan sebagai acuan guru dalam mempersiapkan materi pembelajaran yang relevan dan bermakna bagi anak. Disamping itu, pendidik juga dapat mempersiapkan anak secara lebih dini untuk menjadi individu yang dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial budayanya.
c. Patut Menurut Anak Sebagai Individu Yang Unik
Pendidik juga harus memahami bahwa setiap anak merupakan pribadi yang unik, dimana ia membawa bakat, minat, kelebihan dan kekerangannya, serta pengalaman masing – masing anak dalam berinteraksi. Program DAP yang dikemukakan oleh Bredekamp bahwasanya pada proses pembelajaran hendaknya menyediakan berbagai aktivitas dan bahan-bahan yang kaya serta menawarkan pilihan bagi siswa sehingga siswa dapat memilihnya untuk kegiatan kelompok kecil maupun mandiri dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinisiatif sendiri, melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang dipilihnya. Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Proses pembelajaran seharusnya memperhatikan kebermaknaan artinya apa yang bermakna bagi anak menunjuk pada pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dengan minat-minatnya.

Prinsip Pokok DAP (Developmentally Appropriate Practice)

Metode pembelajaran yang sejalan dengan konsep DAP adalah metode pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. Metode ini, selain sesuai dengan tahapan perkembangan anak, juga memperhatikan keunikan setiap anak. Metode pembelajaran dengan konsep DAP dianggap dapat mempertahankan, bahkan meningkatkan gairah belajar anak-anak. Konsep DAP memperlakukan anak sebagai individu yang utuh (the whole child) yang melibatkan empat komponen, yaitu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sifat alamiah (dispositions), dan perasaan (feelings), karena pikiran, emosi, imajinasi, dan sifat alamiah anak bekerja secara bersamaan dan saling berhubungan. Dengan kata lain, metode pembelajaran yang baik adalah metode pembelajaran yang dapat melibatkan semua aspek ini secara bersamaan, sehingga perkembangan intelektual, sosial, dan karakter anak dapat terbentuk secara simultan.
Telah disebutkan bahwa pendidikan di sekolah seharusnya bertujuan untuk membangun manusia holistik. Agar tujuan itu tercapai, maka prinsip pendidikan harus mengacu kepada prinsip-prinsip pembelajaran yang dapat mengarahkan proses pembelajaran secara efektif. Berdasarkan hasil studi pustaka dari berbagai sumber, maka dapat disimpulkan bahwa ada tiga prinsip antara lain:
1) Pembelajaran memerlukan pastisipasi aktif para siswa (belajar aktif). Motivasi belajar akan meningkat kalau siswa terlibat aktif (mempraktekan) dalam mempelajari hal-hal yang konkrit, bermakna, dan relevan dalam konteks kehidupannya.
2) Setiap anak belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda Anak-anak dapat belajar dengan efektif ketika mereka dalam suasana kelas yang kondusif (conducive learning community), yaitu suasana yang memberikan rasa aman dan penghargaan, tanpa ancaman, dan memberikan semangat.
3) Prinsip pembelajaran tersebut didukung oleh beberapa hasil riset otak yang mempunyai implikasi terhadap pendidikan. National Research Council (1999) dalam Megawangi, dkk. (2004) mengumpulkan dan mengkompilasikan berbagai hasil riset otak yang harus menjadi acuan bagi para pendidik agar proses pendidikan dapat berjalan dengan efektif.
Beberapa hasil riset tersebut adalah :
a)         Proses belajar melibatkan seluruh dimensi manusia (tubuh, pikiran,dan emosi)
b)         Faktor emosi sangat berperan dalam mempengaruhi sistem limbik otak yang dikenal sebagai otak emosi. Sistem limbik ini berperan dalam memfilter segala macam persepsi yang masuk. Apabila persepsi yang masuk berupa ancaman, ketakutan, kesedihan, maka bagian batang otak yang merupakan otak reptil (binatang) akan lebih berperan sehingga seseorang akan berada dalam modus bertahan atau menyelamatkan diri. Suasana di kelas tradisional yang kaku akan menurunkan fungsi otak menuju batang otak, sehingga anak tidak bisa berpikir efektif. Sedangkan dalam kondisi yang menyenangkan, aman, dan nyaman akan mengaktifkan bagian neo-cortex (otak berpikir), sehingga dapat mengoptimalkan proses belajar dan meningkatkan kepercayaan diri anak.
c) Informasi yang menarik dan bermakna akan disimpan lebih lama dalam memori, sedangkan informasi yang membosankan dan tidak relevan, akan mudah dilupakan.
d) Kaitan erat antara aspek fisiologi, emosi dan daya ingat mempunyai implikasi penting bagi proses belajar, yaitu : suasana belajar yang menyenangkan, melibatkan seluruh aspek sensori manusia (panca-indera), relevan atau kontekstual, dan yang terpenting, proses belajar harus memberikan rasa kebahagiaan.
e) Manusia akan lebih mudah mengerti kalau terlibat secara langsung dalam mengerjakannya, atau dengan ingatan spatial (bentuk atau gambar).
Terkait dengan penelitian disekolah dasar maka terdapat beberapa prinsip pembelajaran efektif berikut:
a) Berangkat yang dimiliki anak
b) Belajar harus menantang pemahaman anak
c) Belajar dilakukan sambil bermain
d) Menggunakan alam sebagai sarana pembelajaran
e) Belajar dilakukan melalui sensorinya
f) Belajar sambil melakukan.
3. Tahap – Tahap Pembelajaran DAP (Developmentally Appropriate Practice)
Prinsip-prinsip di atas telah memberikan dampak terhadap perubahan metode belajar yang sejalan dengan konsep pendidikan yang patut. Adapun tahapan-tahapannya adalah:
a) Menciptakan lingkungan belajar yang dapat membuat anak asyik dalam pengalaman belajar, yaitu dengan melibatkan aspek fisiologi anak. Misalnya dengan games (kegiatan yang menyenangkan) akan melibatkan seluruh aspek fisik, emosi, sosial dan kognitif anak secara bersamaan (simultan).
b) Menciptakan kurikulum yang dapat menimbulkan minat anak dan kontekstual, sehingga anak menangkap makna atau dari apa yang dipelajarinya
c) Menciptakan suasana belajar yang bebas tekanan dan ancaman, tetapi tetap menantang bagi anak untuk mencari tahu lebih banyak
d) Berikan mata pelajaran dengan melibatkan pengalaman kongkrit, terutama dalam pemecahan masalah, karena proses belajar paling efektif bukan dengan ceramah, tetapi dengan memberikan pengalaman nyata.

PENDIDIKAN UNTUK ANAK USIA DINI YANG KURANG BERUNTUNG

Bertahun-tahun anak-anak US yang berasal dari keluarga kelas menengah kebawah tidak mendapatkan pendidikan sebelum mereka memasuki kelas 1 SD (Sekolah Dasar). Sering kali mereka tertinggal dalam pelajaran dari teman-teman sekelas mereka yang lain. Kemudian pada musim panas di tahun 1965, pemerintahan berusaha untuk merubah nasib pendidikan anak-anak dari kelas menengah kebawah tersebut melalui Project Head Start. Ini adalah program yang dibuat untuk memberikan kompensasi agar anak-anak tersebut mendapatkan kesempatan untuk memperoleh keterampilan-keterampilan dan pengalaman-pengalaman yang penting untuk kesuksesan mereka di sekolah. Setelah hampir setengah abad, Heard Start menjadi program dengan pembiayaan terbesar yang didanai oleh pemerintah dengan hampir 1 juta anak US yang terdaftar setiap tahunnya.
Tetapi program-program Head Start tidak semua berhasil. Ada sekita 40 pese dari 4000 program Head Start yang masih dipertanyakan. Untuk mendapatkan program-program yang berkualiatas tinggi, Head Start masih perlu untuk lebih diperhatikan. Salah satu orang yang sangat memperhatikan tentang kemajuan program-program tersebut adalah Yolanda Gracia. Dia merupakan direktur Departemen Pelayanan Anak Di Santa Clara, California. Dia bertanggung jawab untuk mengelola program perkembangan 2.500 anak yang berumur 3-5 tahun didalam 127 kelas.
Di Indonesia pemerintahan membentuk Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, pasal 1, butir 14 dinyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Sedangkan menurut Santrock, Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan melibatkan seluruh anak mencakup kepedulian akan perkembangan fisik, kognitif, dan social anak. Pembelajaran diorganisasikan sesuai dengan minat-minat dan gaya belajar anak.
Terdapat beberapa jenis pelayanan untuk pendidikan anak usia dini. Jika diluar negeri hanya terdapat 2 jenis dalam pelayanannya, yaitu : Kindergarten dan Day Care, di Indonesia memiliki 4 jenis pelayanan, yaitu :
1)   Taman Kanak-Kanak (Kindergarten)
2)   Kelompok Bermain (Play Group)
3)   Taman Penitipan Anak (Day Care)
4)   PAUD sejenis (Similar with Play Group)
Penyelenggaran PAUD di Indonesia semata-mata adalah untuk menstimulasi kecerdasan anak secara komprehensif, pengasuhan terhadap anak dan mengembangkan potensi kecerdasan spiritual yang dilaksanaka melalui pendekatan olah pikir, olah rasa dan olah raga. Di samping itu juga diberikan pengetahuan dan pembinaan terhadap kondisi kesehatan dan gizi peserta didik.
Materi yang biasa diajarkan untuk anak usia 3-6 tahun adalah :
Keaksaraan, yang mencakup peningkatan kosakata dan bahasa, serta percakapan 
-  Konsep matematika yang mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan hubungan. 
Pengetahuan alam yang lebih menekankan pada objek fisik, kehidupan bumi, dan             lingkungan 
Pengetahuan social yang mencakup hidup orang banyak, bekerja, berinteraksi dengan  orang lain. 
Seni yang mencakup menari, music, bermain peran, menggambar, dan melukis. 
Teknologi yang mencakup alat-alat dan penggunaan teknologi yang digunakan dirumah atau sekolah
KONTROVERSI PADA PENDIDIKAN ANAK PRA SEKOLAH
Kontroversi yang terjadi pada pendidikan anak pra-sekolah antara lain bagaimana kurikulum pada pendidikan anak pra sekolah. Kontroversi tentang belajar membaca untuk anak usia dini memang tetap ada. Beberapa pihak bahkan melarang orang tua atau guru untuk mengajarkan keterampilan membaca pada usia dini, dengan alasan takut anak-anak jadi terbebani, sehingga mereka menjadi benci dengan kata “belajar”.
            Namun selama prinsip belajar bersifat ‘fun’ yang dikembangkan, materi apapun yang diajarkan kepada anak usia dini selalu direspon dengan baik dan anak-anak suka untuk belajar. Mengajak anak-anak untuk belajar membaca menurut saya jauh lebih baik daripada membiarkan mereka menonton TV seharian. Tanpa kita sadari sesungguhnya anak-anak juga belajar sesuatu lewat TV, yang sayangnya lebih banyak berupa hal-hal negatif daripada hal-hal yang positif.
Seputar metode belajar, metode mengajar balita membaca sangatlah beragam. Karena begitu beragamnya, lagi-lagi kita akan menemukan perbedaan dasar pemikiran dari metode-metode tersebut. Meskipun kadang-kadang sering mencuat pertentangan yang tajam antar berbagai metode, kita tak perlu bingung. Kenali saja semuanya lalu sesuaikan dengan gaya belajar anak-anak kita. Sejauh ini di dunia belajar ini dikenal 2 metode besar, yaitu metode terstruktur dan metode tidak terstruktur (acak). Keduanya tidak lebih baik atau lebih jelek dari yang lainnya. Metode terstruktur dan tidak terstruktur (acak) bisa saling melengkapi sesuai karakter dua belahan sisi otak kita yang kini populer dengan istilah otak kiri dan otak kanan.
            Otak kiri memiliki karakteristik yang teratur, runut (sistematis), analitis, logis, dan karakter-karakter terstruktur lainnya. Kita membutuhkan kerja otak kiri ini untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan data, angka, urutan, dan logika.
            Adapun karakteristik otak kanan berhubungan dengan rima, irama, musik, gambar, dan imajinasi. Aktivitas kreatif muncul atas hasil kerja otak kanan. Melalui deskripsi tentang karakteristik dua belahan otak tersebut, kita tentu bisa melihat bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita, dan anak-anak bisa disentuh dengan metode yang mengaktifkan keduanya.
            Selain metode belajar, karakteristik anak-anak juga perlu kita kenali dan pahami agar kita bisa membangkitkan minat belajar mereka dengan cara yang sesuai.
            Beberapa karakteristik anak secara umum adalah sebagai berikut:
1.Konsentrasi lebih pendek (relatif)
2.Tidak suka diatur/dipaksa
3.Tidak suka dites
Ketiga ciri tersebut jelas menunjukkan kepada kita bahwa menstimulasi ataupun mengajar balita membaca tak bisa dilakukan dengan cara-cara orang dewasa. Kita membutuhkan cara yang lebih bervariasi dan adaptif terhadap kecenderungan anak-anak. Dan hanya satu kegiatan yang bisa memfasilitasi 3 karakteristik di atas yaitu BERMAIN.
            Mengapa harus bermain? Karena dalam bermain anak-anak tidak menemukan tes, paksaan, dan batas waktu. Ketika bermainlah anak-anak menemukan kebebasan dirinya untuk berekspresi. Ketika bermain pula mereka menemukan kesenangan mereka, dan pada saat seperti itulah kegiatan belajar justru menjadi sangat efektif.
            Pasal 1 ayat 14 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Supriadi, 2004). Penelitian Clarke – Stewart dan Fein (sitat dalam Santrock, 1995 dalam Heru Astikasari, 2004) menunjukkan bahwa anak-anak yang sejak usia dini telah mengikuti program pendidikan (playgroup maupun taman kanak-kanak), mereka lebih mandiri, berkompeten dan dewasa secara sosial, dalam arti mereka lebih percaya diri, dapat mengekspresikan diri secara verbal, mengetahui dunia sosial, bisa menyesuaikan diri dengan keadaan sosial yang menyenangkan serta keadaan yang tidak menyenangkan.
            Seperti apa seharusnya program pendidikan untuk anak usia pra sekolah? Seharusnya huruf mulai diperkenalkan ketika anak-anak sudah mampu memahami bahasa verbal dan tulis (lewat suatu cerita yang dibacakan oleh orang tua atau guru). Membaca dan menulis seharusnya bukan sebagai tujuan utama melainkan sebagai suatu sarana, agar anak menjadi tertarik terhadap deretan huruf-huruf dari suatu tulisan. Nawawi (dalam Ihsan, 2003) menyatakan bahwa pendidikan regular adalah usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, berencana, terarah dan sistematis melalui suatu lembaga pendidikan yang disebut sekolah. Kurikulum pendidikan reguler merupakan kurikulum yang ditetapkan oleh Depdiknas dan mempunyai waktu belajar yang relatif singkat (reguler) dibandingkan dengan jenis pendidikan terpadu yang sekarang ini sedang berkembang. Pendidikan terpadu ini biasanya menggunakan jenis pendidikan full days school yang merupakan konsep belajar sehari penuh dimana anak didik berada di lingkungan sekolah dari pagi hingga sore hari. Jenis pendidikan ini berusaha mengoptimalkan kurikulum yang telah disusun oleh Depdiknas dengan pendidikan modern, baik dilihat dari sarana dan prasarananya maupun dilihat dari bentuk pendidikan yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John W. (2009) Life-span development . Dallas ; McGrawHill
Papalia ,Olds , Feldman. (2007) Human Development.NewYork ; McGrawHill
Hurlock ,Elizabeth (1980) Developmental Psychology.NewYork;McGrawHill

Sabtu, 08 Juni 2013

Laporan Observasi Sekolah

Tugas Observasi E-learning


NAMA            : ESTHER AZALIA               121301051
                         FELIX THEOSOPY             121301065
                         IIN TRIANA                        121301075
                         ELISABET SIANTURI        121301107
                         DANIEL NOVRIMAN        121301109

A.    IDENTITAS SEKOLAH
Nama sekolah                          : SMA Negeri 2 Medan
Alamat sekolah                       : Jl.Karang Sari No.435, Medan Polonia
Uang spp / bulan                     : Rp.100.000,-
Konsep e-learning diberlakukan sejak tahun 2009

Perangkat sekolah
Nama kepala sekolah              : Drs. M. Abdu siregar

B.     URAIAN AKTIVITAS OBSERVASI
-          Observasi dilakukan pada hari rabu tanggal 5 Juni 2013
-          Dimulai pada pukul 09.00 – 10.30 WIB
-          Observasi dilakukan disalah satu kelas X, yaitu kelas X-4, berjumlah 45 orang
-          Pada saat observasi mata pelajaran yang berlangsung adalah Biologi, yang diampu oleh Bapak Prayogi, S.Pd
-          Observasi dilakukan oleh anggota kelompok pengamat dengan cara mengikuti proses belajar mengajar dalam kelas selama satu les pelajaran, kelompok pengamat duduk dibagian belakang kelas.
-          Diakhir observasi kelompok pengamat memberikan kuesioner kepada siswa yang terdiri dari 3 pertanyaan, untuk melihat bagaimana respon siswa terhadap e-learning. Salah satu contoh pertanyaan : “apakah dengan kondisi belajar yang menggunakan infokus seperti  ini menjadi efektif dalam memahami pelajaran yang diberikan?”

C.     LAPORAN HASIL OBSERVASI
1.      Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, perkembangan teknologi semakin meningkat dan semakin canggih. Teknologi tersebut terus dikembangkan untuk membantu manusia dalam melaksanakan aktifitasnya sehari-hari.  perkembangan tersebut juga dapat dirasakan dalam dunia pendidikan saat ini. Pelaksanaan proses belajar mengajar sudah sangat banyak menggunakan hasil dari teknologi tersebut, bukan hanya sebagai alat pembantu penyampaian materi  saja namun digunakan juga untuk mendapatkan informasi yang lebih luas. Konsep pembelajaran tersbut saat ini diistilahkan dengan e-learning    .
Dengan penggunaan teknologi tersebut maka perlu untuk diamati apakah konsep pembelajaran e-learning memberikan pengaruh untuk kemajuan dunia pendidikan saat ini. Dengan melakukan tugas observasi ini diharapkan akan mengetahui dan melihat bagaimana dinamika pembelajaran dengan menggunakan e-learning yang juga didukung oleh aspek-aspek lain seperti teori belajar, motivasi, orientasi, manajemen kelas.

2.      LANDASAN TEORI
Konsep e-learning merupakan konsep pembelajaran yang menggunakan teknologi sebagai media penunjang proses pembelajaran. Pembelajaran  dilakukan secara langsung atau tidak langsung; dengan cara online atau offline.
            Hal yang berkaitan dalam proses pembelajaran e-learing tentunya memiliki aspek lain yaitu teori belajar yang digunakan, motivasi belajarn orientasi belajar, dan juga manajemen kelas.
a.       Teori belajar
Pembelajaran merupakan pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir, yang diperoleh melalui pengalaman (Santrock, 2008:266).
Ada beberapa perspektif pembelajaran, yaitu :
Ø  Perspektif behavioral
Pandangan yang menyatakan perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Terdapat dua pembelajaran behavioral yaitu dengan pembelajaran pengkondisian klasik, yaitu mengaitkan atau mengasosiasikan stimulus, dan pembelajaran operan yang menggunakan konsekuensi (penguat/hukuman) pada setiap perilaku.
Ø  Perspektif kognitif
Pandangan ini menyatakan bahwa perilaku dijelaskan oleh proses berpikir manusia, dengan menggunakan pemahaman hubungan-hubungan, antara bagian dan keseluruhan. Jean Piaget menyatakan bahwa proses pembelajaran manusia disesuaikan pada tahap perkembangan manusia itu sendiri (sensori motori, pra operasional, operasional konkret, operasional formal). Alfred Bandura menyatakan bahwa pembelajaran manusia didapatkan melalui pengamatan atau obserasi pada perilaku orang lain (modelling).
Ø  Persepektif Humanistik
Pandangan ini menyatakan perilaku manusia dilihat dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamat. Teori yang mendukung pandangan ini adalah teori hierarki kebutuhan oleh Abraham Maslow. Manusia akan selalu berusaha mengaktualisasikan diri dengan melewati beberapa tingkatan kebutuhan mulai dari yang paling dasar.
b.      Teori Motivasi
Motivasi adalah suatu proses yang memberi semangat atau dorongan untuk melakukan sesuatu. Beberapa teori motivasi sebagai berikut :
Ø  Teori behavioral
teori ini menekankan pada motivasi eksternal, dimana pemberian konsekuensi (imbalan/hukuman) pada perilaku merupakan kunci motivasi seseorang.
Ø  Teori humanistik
Teori ini menyatakan bahwa manusia mempuyai kemampuan mengembangkan kepribadian dan bebas dalam memilih nasib mereka. Manusia akan terus terdorong atau termotivasi untuk mencapai aktualisasi diri mereka
Ø  Teori Kognitif
Teori ini menyatakan bahwa motivasi seseorang akan dipengaruhi oleh pemikiran dan minat manusia, lebih menekankan motivasi internal.
Ø  Teori Sosial
Teori ini menyatakan kebutuhan afiliasi atau keterkaitan dengan orang lain mempengaruhi motivasi seseorang, dimana manusia akan membutuhkan dorongan atau perhatian untuk memotivasinya.
c.       Orientasi Belajar
Orientasi belajara adalah cara yang dilakukan pengajar dan murid untuk mencapai tujuan instruksional dalam satuan instruksional tertentu. Terdapat dua orientasi beajar, yaitu :
·      Teacher Centered Learning (TCL)
berorientasi pada konten (content oriented), dimana guru menjadi pusat pembelajaran
·      Student Centered Learnig (SCL)
berorientasi pada pembelajaran (learning oriented). Murid menjadi oknum yang paling berperan aktif dalam pembelajaran, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.
d.      Manajemen Kelas
Manajemen kelas merupakan pengelolaan atau pengaturan kelas, yang dilakukan untuk mencapai belajar yang efektif. Pengelolaan kelas tersebut termasuk pengaturan gaya penataan kelas. Beberapa gaya penataan kelas yaitu :
·Gaya auditorium, susunan kelas semua murid duduk menghadap guru.
·Gaya tatap muka, murid saling menghadap.
·Gaya off-set, gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (tiga atau empat orang) duduk di bangku namun tidak berhadapan langsung satu sama lain.
·Gaya seminar, sejumlah murid (sepuluh atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U.
·Gaya kluster, sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan orang) bekerja dalam kelompok kecil.

3.      HASIL OBSERVASI
Ø  Pembelajaran dilakukan menggunakan fasilitas ruangan kelas untuk 50 orang siswa, terdapat meja dan kursi menghadap satu arah, dan berlawanan dengan arah mengahadap guru
Ø  Fasilitas teknologi yang digunakan berupa laptop dan proyektor
Ø  Pembelajaran dilakukan dengan tatap muka langsung, yakni dengan cara presentasi oleh siswa untuk menyampaikan materi bahan pembelajaran
Ø  Disela-sela presentasi guru menambahkan, mengarahkan, dan meluruskan penyampaian kelompok penyaji.
Ø  Guru selalu memberikan dorongan terlebih dahulu untuk mendorong siswa mulai bertanya dan berperan aktif
Ø  Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya kembali kepada kelompok penyaji dan melakukan tanya jawab
Ø  Dari kuesioner yang disampaikan kepada 45 siswa, terdapat :
10 orang yang tidak setuju e-learning merupakan pembelajaran efektif
35 orang setuju e-learning merupakan pembelajaran efektif

D.    RANGKUMAN HASIL OBSERVASI
1.      Menurut Kelompok
-          E-learning yang dilakukan pada kelas ini merupakan pembelajaran yang efektif. Hal tersebut terlihat bahwa e-learning tersebut memberikan manfaat bagi siswa dan juga membantu guru dalam mengajar. Metode e-learning yang dilakukan di SMA Negeri 2 Medan ini merupakan pembelajaran dengan konsep tatap muka langsung, dan dilakukan secara offline, yaitu dengan menggunakan laptop dan proyektor sebagai media penyampaian informasi.
-          Teori belajar menggunakan teori kognitif, hal ini dapat dilihat dari guru yang mengingatkan kembali kepada murid tentang materi sebelumnya, dan juga memberi penjelasan disela-sela presentasi kelompok tentang hubungan dalam materi tersebut.
-          Motivasi, teori motivasi yang digunakan adalah teori motivasi behavioral dan kognitif, hal ini dapat dilihat ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, namun siswa tidak merespon hal tersebut. Sehingga guru memberikan pertanyaan kepada siswa, lalu siswa tersebut menjawab. Pertanyaan tersebut merupakan sebagai pendorong siswa untuk mulai aktif dalam hal tanya jawab. Dari teori kognitif, siswa dimotivasi oleh motivasi internalnya untuk melakukan pembelajaran dan memahami konsep-konsep yang dipaparkan.
-          Manajemen kelas, sekolah sudah memberikan dan melengkapi fasilitas belajar seperti laptop dan proyektor, ruangan yang cukup untuk 50 orang.  Gaya / posisi duduk berbentuk gaya auditorium dimana  semua siswa menghadap 1 arah (papan tulis, proyektor dan guru)
-          Orientasi belajar, pembelajaran dilakukan dengan pendekatan Student Centered Learning (SCL), hal ini dapat dilihat dari siswa yang diminta untuk mempresentasikan materi belajar, dan apabila ada siswa (audience) yang belum memahami materi, mereka diberi kesempatan untuk bertanya kepada siswa penyaji, dan pada akhirnya diarahkan kembali oleh guru pengampu.
-          Pembelajaran e-learning merupakan pembelajaran efektif bagi siswa, pembelajaran tersebut memberikan pengaruh yang baik dan memberikan manfaat pada siswa dalam melakukakn proses pembelajaran disekolah, hal ini disimpulkan kelompok dari hasil kuesioner yang dibagikan.
2.      Menurut pandangan pribadi
Pembelajaran dengan menggunakan metode e-learning memberikan manfaat yang cukup berpengaruh dalam proses pembelajaran di sekolah. Bisa kita lihat padaa saat siswa melakukan presentasi, yang juga bagian dari metode pembelajaran e-learning. siswa jadi lebih aktif karena guru hanya bertindak sebagai fasilitator, tetapi juga membantu menjelaskan apabila ada pertanyaan-pertanyaan yang aga sulit untuk dijawab oleh siswa. Tetapi, metode e-learning ini tidak dapat digunakan untuk semua mata pelajaran, contohnya matematika, karena matematika akan lebih gampang dipelajari secara manual.
E.     TESTIMONI
1.      Esther Azalia (12-051)
Tugas observasi yang diberikan sebagai salah satu tugas di matakuliah pendidikan ini memberikan pengalaman yang baru bagi saya dan kelompok saya. Dalam proses melakukan observasi ini, kami menghadapi beberapa masalah, yakni masalah sekolah yang tidak memberikan kami kesempatan untuk observasi. Kami sudah mencoba hampir lima sekolah, namun ada banyak hal yang mengakibatkan kami tidak diizinkan untuk melakukan observasi di sekolah tersebut. Hingga pada akhirnya, kami meminta izin ke SMA Negeri 2 Medan. Pada awalnya kami juga mendapatkan kendala yaitu masalah surat izin. Pihak sekolah meminta kami untuk meminta surat dari dinas pendidikan jika kami hendak melakukan observasi di sekolah tersebut. Hingga pada akhirnya, kami meminta tolong agar diberikan kemudahan dengan pertimbangan ada 2 orang dari kelompok kami yang merupakan alumni pihak sekolah. Saya dan teman-teman bersyukur, pada akhirnya kami diberikan kesempatan observasi di hari Rabu lalu.
Pada awalnya, yang melakukan observasi hanya saya, Iin dan Felix dikarenakan Elisabet dan Daniel harus melakukan presentasi mata kuliah kepribadian I. Namun, hal ini tidak mengurangi rasa semangat saya dan teman-teman yang lain. Dan saya pribadi bersyukur, karena pihak sekolah baik itu guru yang mengajar, maupun siswa-siswi di kelas X-4 memberikan respon yang positif terhadap kami.
Saya berharap tugas observasi ini dapat saya jadikan pelajaran untuk saya baik itu dalam masalah komunikasi antar anggota kelompok, maupun hal-hal teknis lainnya di semester-semester yang akan datang.

2.      Felix Theosopy (12-065)
Observasi yang dilakukan ini memberikan pelajaran buat saya. Dalam perencanaan ini kami mendapati beberapa permasalahan seperti lokasi observasi, perizinan dan juga waktu pelaksanaan. Namun bagi saya permasalahan itu justru membuat kelompok kami semakin berusaha dan berpikir untuk mencari jalan keluar.
Dalam pelaksanaan observasi saya mendapatkan pengalaman baru, dan saya harap ini menjadi langkah awal untuk kedepannya.
3.      Iin Triana (12-075)
Tugas observasi ini adalah observasi yang pertama kali saya lakukan setelah menjadi mahasiswa di Fakultas Psikologi. Saat diberikan tugas ini, awalnya kami merasa bingung memilih sekolah. Kami sudah mencoba di 5 sekolah, tapi semua berakhir dengan penolakan. Tapi dengan tekad pantang menyerah, kami mendatangi SMA Negeri 2 Medan (lagi) dengan harapan kami bisa bertemu dengan kepala sekolahnya agar bisa berbicara langsung. Ternyata beliau sedang tidak ada di tempat. Akhirnya KTU sekolah menyuruh kami untuk menemui Pak Arsyad (Wakasek/PKS bagian akademik). Kami pun menemui beliau. Dengan wajah memelas, kami memohon ijin dari Bapak. Jurus terampuhnya adalah dengan bilang bahwa dua orang dari kelompok kami adalah alumni dari sekolah tersebut. Akhirnya kami mendapat ijin. Tapi sayang, hari yang ditentukan bertepatan dengan hari dimana teman-teman kami, yaitu Elisabet dan Daniel, presentasi mata kuliah Kepribadian. Jadi kami hanya melakukan observasi bertiga, yaitu saya (Iin), Esther, dan Felix.

4.      Elisabet Sianturi (12-107)
Perencanaan yang kami lakukan sejak awal mungkin tidak sama seperti kelompok-kelompok lain. Bisa dikatakan kelompok ini yang paling banyak melewati rintangan. Ditolak oleh 4 sekolah dengan harapan yang sudah diberikan sebelumnya dan waktu yang tidak termanfaatkan dengan baik. Sampai akhirnya ada jalan yang ditunjukkan kepada kami sehingga berpeluanglah kelompok ini untuk melakukan observasi di SMA N 2 Medan. Proses berjalan dengan baik, mungkin hanya sedikit kekurangannya. Dimana saya dan Daniel Novriman harus menyusul dikarenakan kami harus presentasi di mata kuliah lain pada waktu yang sama. Kemudian selesainya kami berdua menyusul ke sekolah tersebut untuk membantu 3 orang teman kami yang lain. Proses observasi berjalan mulus dan menyenangkan, siswa/i mengikuti pelajaran biologi dengan tertib dan kemudian mengisi kuisioner yang kami buat secara khusus sesuai dengan tema observasi kami dengan sebuah pulpen sebagai reward untuk masing-masing siswanya. Berbagai pendapat dan alasan kami terima dan itu benar-benar sangat membantu kami. Jika dilihat dari keseluruhan lebih banyak siswa yang menganggap bahwa sistem e-learning itu membantu proses belajar mereka. Sekian testimoni dari saya, terima kasih.
5.      Daniel Novriman   (12-109)
Kegiatan observasi ini memberikan pengalaman baru dan juga memberikan wawasan baru bagi saya. Pada awalnya kelompok kami menghadapi masalah dalam perencanaan kegiatan ini, dimana sekolah pertama yang kami tuju dengan surat pengantar dari fakultas pada akhirnya menolak kami untuk melakukan kegiatan observasi tanpa ada penjelasan alasan penolakan tersebut, dimana pada awalnya setelah kami menyerahkan surat pengantar tersebut kami diminta untuk menunggu konfirmasi hari pelaksanaan dari pihak sekolah selama beberapa hari. Dengan kegiatan perkuliahan dan tugas yang banyak, kami tetap berusaha mencari sekolah yang akan kami lakukan observasi. Pada akhirnya kami mendapatkan tempat yaitu SMA Negeri 2 Medan, walaupun pada awalnya sempat menemui kesulitan dalam proses perizinan oleh pihak sekolah.
      Proses observasi kelompok kami diawali oleh 3 orang pertama kelokasi observasi, saya dan Elisabet tidak bisa mengikuti observasi dari awal karena pada saat hari pelaksanaan kami melakukan presentasi mata kuliah dikampus. Sehingga saya dan Elisabet baru bisa menyusul kelokasi setelah presentasi kami selesai.
      Kegiatan ini ini menjadi hal baru dalam dunia pendidikan saya, semoga menjadi bekal untuk melakukan kegiatan-kegiatan perkuliahan selanjutnya.