Pendidikan masa kanak-kanak
Masuk ke kelompok bermain adalah
langkah yang penting, memperluas lingkungan fisik, kognitif dan sosial anak. Peralihan ke TK dimulainya
sekolah yang sebenarnya adalah langkah penting yang baru.
Tujuan
dan tipe kelompok bermain
Dibeberapa negara seperti Cina,
kelompok bermain diharapkan menyediakan persiapan akademis untuk sekolah.
Kebanyakan kelompok bermain di AS dan negara barat lainnya mengikuti filosofi
terpusat pada anak menekankan pertumbuhan sosial dan emosional sejalan dengan
kebutuhan-kebutuhan perkembangan anak.
Pendukung pendekatan perkembangan
tetap bertahan bahwa program yang berorientasi akademis mengabaikan kebutuhan
anak kecil untuk mengeksplorasi dan bermain bebas serta instruksi yang terlalu
banyak dari guru dapat menghambat minat mereka dan merusak pembelajaran atas
inisiatif sendiri.
Anak yang berusia 4 dan 5 tahun
dari 3 tipe kelas kelompok bermain di Washington DC. Terfokus pada anak terarah
secara akademis dan gabungan dari keduanya. Mereka juga mempunyai kemampuan
motorik yang lebih maju dibandingkan 2 kelompok yang lain dan memiliki nilai
lebih tinggi dibandingkan kelompok yang menggabungkan kedua pendekatan dalam
skor kemampuan komunikasi dan perilaku.
Program Pengimbangan Prasekolah
Lebih
dari dua atau tiga anak di area pinggiran yang
miskin masuk sekolah tanpa persiapan
yang baik untuk belajar. Pada tahun 1960an program berskala besar telah
dikembangkan untuk membantu anak seperti ini mengompensasi apa yang tidak
mereka dapat dan mempersiapkan mereka untuk sekolah.
Program
pengimbangan prasekolah terbaik di AS untuk anak dari keluarga berpenghasilan rendah
adalah Head Start Project, program
yang didanai pemerintah federal yang diluncurkan tahun 1965. Konsisten dengan
pendekatan anak yang utuh tujuan program ini adalah bukan hanya meningkatkan
kemampuan kognitif tetapi juga meningkatkan kesehatan fisik dan menumbuhkan
kepercayaan diri, hubungan dengan orang lain. Tanggung jawab sosial, serta rasa
bangga dan harga diri untuk anak dan keluarga. Program ini menyediakan
perawatan kesehatan medis, gigi, dan mental, layanan sosial, dan setidaknya
sekali makanan hangat dalam satu harian.
Anak-anak
yang mengikuti head start mengalami
peningkatan dalam kosakata, pengenalan huruf, menulis awal, dan matematika
awal, kesiapan kemampuan mereka masih tetap dibawah rata-rata.
Meskipun
demikian anak-anak dari program head
start dan program-program pengimbangan lain nya akan memiliki kemungkinan
yang lebih sedikit untuk ditempatkan di pendidikan khusus atau tinggal kelas
dan lebih mungkin untuk menyelesaikan SMA dibandingkan anak dari keluarga
berpenghasilan rendah yang tidak ikut program ini. Lulusan dari salah satu
program serupa, Perry Preschool Project
juga lebih sedikit kemungkinan nya untuk menjadi remaja nakal atau hamil pada
usia dini.
Pada
tahun 1995 program Early Head Start
mulai menawarkan layanan perkembangan anak dan keluarga kepada perempuan hamil
serta kepada bayi batita mulai lahir sampai berusia 3 tahun. Sampai tahun 2002,
program ini sudah beroperasi di 664 komunitas dan melayani sekitar 55.000 anak.
Pada usia 3 tahun mereka lebih tidak
agresif, lebih berkonsentrasi ketika bermain dan lebih terlibat secara positif
dengan orangtua mereka.
Chicago Child Centers, sebuah program
pengimbangan berskala besar yang didanai pemerintah federal, melayani anak
mulai usia 3 tahun sampai kelas 3 SD. Penambahan beberapa tahun yang melibatkan
penambahan akademis secara signifikan meningkatkan prestasi membaca partisipan
serta menurunkan tingkat pengulangan kelas dan penempatan dikelas khusus sampai
kelas 1 SMP. Dibandingkan partisipan yang hanya berpartisipasi selama 2 atau 3
tahun.
Peralihan
Masa Prasekolah Menuju Taman Kanak-kanak
Anak taman kanak-kanak
adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan
sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Perkembangan anak
merupakan proses perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang, dari
sederhana menjadi kompleks, suatu proses evolusi manusia dari ketergantungan
menjadi makhluk dewasa yang mandiri.
Perkembangan anak
adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih
tinggi dari aspek-aspek: gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan
sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya. Proses pendidikan
bagi anak usia 4-6 tahun secara formal dapat ditempuh di taman kanak-kanak.
Seperti taman
kanak-kanak di Amerika Serikat sekarang sudah menjadi mirip kelas 1 SD. Anak
menghabiskan waktunya lebih sedikit pada aktivitas yang dipilihnya dan lebih
banyak waktu dihabiskan pada lembar tugas dan persiapan membaca. Meskipun di
berbagai negara bagian tidak mensyaratkan program TK atau harus masuk TK. Sejak
akhir tahun 70-an ada peningkatan jumlah anak yang masuk TK. Pendorong praktis
dari hal ini adalah makin besarnya jumlah orangtua tunggal atau keluarga yang
orangtuanya bekerja, sejumlah besar anak sudah mengalami masa kelompok bermain,
program pra-TK, atau penitipan anak penuh waktu sudah siap untuk mengikuti
kurikulum TK yang lebih berat dan lebih intensif waktunya.
Apakah
anak belajar lebih banyak dalam sekolah penuh?
Menurut sebuah penelitian
longitudinal terhadap sampel anak sekolah negeri yang mengikuti TK sehari penuh
lebih mungkin dibandingkan yang mengikuti TK setengah hari untuk menerima
instruksi harian mengenai kemajuan pramembaca serta pelajaran matematika,
sosial dan sains dan cenderung berprestasi lebih baik pada akhir masa TK dan
kelas 1 SD. Kebanyakan anak saat ini mengikuti TK sehari penuh. Keberhasilan di
TK sangat bergantung pada penyesuaian emosional dan sosial serta persiapan
prasekolah.
Penyesuaian sosial dan
emosional adalah faktor penting dalam kesiapan masuk TK dan merupakan prediktor
yang kuat terhadap keberhasilan disekolah. Hal yang lebih penting dari pada
kemampuan mengenal huruf dan berhitung sampai 20, menurut para guru TK, dan
mengatur pembelajaran diri sendiri.
Melalui suatu proses
pembelajaran sejak usia dini, diharapkan anak tidak saja siap untuk memasuki
jenjang pendidikan lebih lanjut, tetapi yang lebih utama agar anak memperoleh
rangsangan-rangsangan fisik-motorik, kognitif, bahasa sesuai dengan tingkat
usianya.
1.
Perkembangan Motorik
Pertumbuhan fisik pada
setiap anak tidak selalu sama, ada beberapa anak yang mengalami pertumbuhan
secara cepat, tetapi ada pula yang mengalami keterlambatan. Pada masa
kanak-kanak, pertumbuhan tinggi badan dan berat badan relatif seimbang, tetapi
secara bertahap tubuh anak kan mengalami perubahan.
Pertumbuhan fisik yang
dialami anak akan mempengaruhi proses perkembangan motoriknya. Perkembangan
motorik berarti perkembangan pengendalian jasmaniah melalui kegiatan pusat
syaraf, urat syaraf dan otot-otot yang terkoordinasi. Sebagian besar waktu anak
dihabiskan dengan bergerak dan kegiatan bergerak ini akan sangat menggunakan otot-otot
yang ada pada tubuhnya.
Coba perhatikan gambar
di dibawah ini, anak bersama teman-temannya sedang bermain dan mengembangkan
kemampuan fisik motoriknya. Tidak ada rasa takut terpancar dari wajah anak-anak
ini.
Gerakan yang banyak
menggunakan otot-otot kasar disebut motorik kasar (gross motor) yang
digunakan untuk melakukan aktivitas berlari,memanjat, melompat atau melempar.
Sementara gerak yang menggunakan otot-otot halus yang disebut motorik halus (fine
motor) cenderung hanya
digunakan untuk aktivitas menggambar,
meronce, menggunting, menempel atau melipat.
2. Perkembangan Kognitif
Kognitif atau sering
disebut kognisi mempunyai pengertian yang luas mengenai berfikir dan mengamati.
Ada yang mengartikan bahwa kognitif adalah tingkah laku-tingkah laku yang
mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk
menggunakan pengetahuan. Selain itu kognitif juga dipandang sebagai suatu
konsep yang luas dan inklusif yang mengacu kepada kegiatan mental yang terlibat
di dalam perolehan, pengolahan, organisasi dan penggunaan pengetahuan.
Lebih lanjut dapat
dijelaskan bahwa kognitif merupakan proses mental yang berhubungan dengan
kemampuan dalam bentuk pengenalan secara umum yang bersifat mental dan ditandai
dengan representasi suatu obyek ke dalam gambaran mental seseorang apakah dalam
bentuk simbol,tanggapan, ide atau gagasan dan nilai atau pertimbangan.
3. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan suatu
urutan kata-kata, dan bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan informasi
mengenai tempat yang berbeda atau waktuyang berbeda.Vygotsky (1978: 80)
berpendapat bahwa “perkembangan bahasa seiring dengan perkembangan kognitif,
malahan saling melengkapi,keduanya berkembang dalam satu lingkup sosial”. Piaget
(Santrock, 1995: 238) berpendapat bahwa “berpikir itu mendahului bahasa dan
lebih luas dari bahasa”. Bahasa adalah salah satu cara yang utama untuk
mengekspresikan pikiran, dan dalam seluruh perkembangan, pikiran selalu
mendahului bahasa. Bahasa dapat membantu perkembangan kognitif.
Sejalan dengan
perkembangan kognisinya, anak pada usia ini sering kali mengajukan
pertanyaan-pertanyaan “Mengapa begini mengapa begitu”, “Ini apa itu apa”. Minat
anak usia ini sangat luas dan mereka selalu ingin mengetahui segala sesuatu
yang ada di dunia ini. Ibu guru dan anak-anak sedang berbincang-bincang tentang
sesuatu hal. Nampak dalam gambar di samping, ibu guru sedang berbicara dengan
anak, menjawab pertanyaan anak dan anak menjawab atau mengomentari apa yang ditanyakan
gurunya.
Selain itu seiring
dengan meningkatnya tekanan akademis dan emosional kebanyakan orangtua menahan
anaknya selama satu tahun dan beberapa negara bagian menaikkan batas tanggal
lahir untuk syarat masuk karena percaya bahwa anak yang ulangtahun dekat dengan
batas tersebut akan lebih siap untuk TK jika mereka menunggu satu tahun. Anak
yang lebih tua ketika masuk TK memang memiliki keuntungan akademis awal yang lumayan
tetapi pada saat berusia 3tahun
keuntungan ini sudah hilang.
Para ahli memandang
masa usia dini adalah masa yang paling fundamental bagi perkembangan
selanjutnya. Selain itu masa ini juga dipandang sebagai masa keemasan (golden
age), masa sensitif atau masa peka, masa inisiatif dan berprakarsa, dan
masa pengembangan diri. Begitu pentingnya masa ini maka para ahli memandang
perlunya stimulasi yang bermakna agar anak dapat berkembang secara optimal.
MONTESSORI APPROACH
Jumlah
Montessori School di Amerika Serikat
dari 1 sekolah di tahun 1959 ke 355
sekolah pada tahun 1970, dan 4000 pada tahun 2005. Sebenarnya apa itu Montessori School yang menumbuhkan minat
bagi warga amerika serikat?
Montessori School atau Montessori Approach terbentuk setelah adanya
filsuf pendidikan, Maria Montessori, seorang Dokter dan pendidik dari Italia
yang membentuk pendekatan kepada pendidikan anak kecil pada awal abad ke-21.
Diawali di Roma dimulai pada anak yang memiliki keterbelakangan mental. Dia berhasil
mengajar mereka membaca, menulis, dan melewati ujian yang didesain untuk anak
yang normal, kemudian dia melanjutkan mengajar anak gelandangan di permukiman
kumuh di Roma, dan akhirnya pendekatan yang dilakukannya berhasil. Pada akhirnya
pendekatan montessori banyak di adaptasi di Amerika serikat.
Pendekatan
Montessori sendiri adalah sebuah filosofi
pendidikan dimana anak-anak diberikan kebebasan dan spontanitas untuk
memilih aktivitas mereka sendiri dan diperbolehkan berpindah dari satu
aktivitas ke aktivitas yang lainnya, guru hanya bertindak sebagai fasilitator
bukan sebagai penentu kegiatan mereka. Guru memperlihatkan aktivitas
intelektual, memberikan demo cara yang menarik untuk mengeksplor materi
kurikulum, dan membantu anak-anak apabila menemukan kesulitan. Dengan mendorong
anak-anak untuk membuat keputusan dari usia awal Montessori approach mengembangkan cara untuk menyelesaikan self-regulated problems dimana anak-anak
dapat membuat dan mengambil keputusan mereka sendiri.
Beberapa
developmentalist mendukung Montessori approach. Tetapi, banyak juga
developmentalist yang percaya bahwa Montessori
mengabaikan perkembangan sosial anak-anak. Contohnya: Ketika montessori
membantu mengembangkan kepercayaan diri dan perkembangan kemampuan kognitif,
itu mengurangi interaksi verbal antara guru dan murid dan juga antar kelompok .
DEVELOPMENTALLY
APPROPRIATE DAN INAPPROPRIATE EDUCATION
Pengertian DAP (Developmentally
Appropriate Practice) atau dalam terjemahan bebas Bahasa Indonesia adalah
pendidikan yang patut dan menyenangkan sesuai dengan tahapan perkembangan anak,
mencerminkan proses pembelajaran yang bersifat interaktif. Konsep DAP yang
dikembangkan melalui baragam kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan
anak, menyebabkan anak memiliki pengalaman yang kongkrit serta menyenangkan
saat terjadinya proses belajar, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran (awareness) pada anak.
Pengalaman anak-anak adalah membedah perasaan, dan tidak
hanya perilaku terbuka dengan meberikan anak-anak suatu lingkungan dan
emosi-emosi yang dikehendaki akan lazim dan emosi-emosi yang tidak dikehendaki
menjadi jarang.
Menurut Bredekamp dan Rosegrant Sebagaimana dikutip oleh
Rebecca Novick dalam papernya Developmentally Appropriate Practice And
Culturally Responsive Education : Theory in Practice, Menyatakan bahwa:
“Developmentally
appropriate practice reflect an interactive, constructivist view of learning.
Key this approach is the principle that the child constructs his or her own
knowledge through interactions with the social and physical environment because
the child is viewed as intrinsically motivated and self directed, effective
teaching capitalizes on the child’s motivation to explore, experiment, and to
make of his or her experience.”
DAP mencerminkan suatu pembelajaran yang interaktif dan
berpandangan konstruktivisme. Kunci dari pendekatan ini adalah prinsip bahwa
anak pada dasarnya membangun atau mengkonstruk sendiri pengetahuannya melalui
interaksi dengan lingkungan sosial dan fisik mereka. Dalam pendekatan ini
diupayakan agar anak dapat memotivasi dan mengarahkan diri secara intrinsik,
pembelajaran yang efektif yang mampu membangkitkan keingintahuan mereka melalui
kegiatan eksplorasi, eksperimen dan dalam pengalaman nyata.
Adapun Vygotsky berpendapat bahwa bermain dan aktifitas yang
bersifat konkrit dapat memberikan momentum alami bagi anak untuk belajar
sesuatu yang sesuai dengan tahap perkembangan umurnya (age appropriate), dan kebutuhan spesifik anak (individual needs). Bermain adalah cara yang paling efektif untuk
mematangkan perkembangan anak pada usia pra-sekolah (Pre-operational thinking), dan pada masa sekolah dasar (Concrete operational thinking).
Pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan alami untuk
belajar, asalkan tidak bertentangan dengan prinsip kerja struktur dan fungsi
otak. Banyak ditengerai bahwa sekolah tradisional yang menerapkan pembelajaran
dengan cara-cara tradisional telah menghambat proses belajar mengajar dan tidak
sesuai dengan prinsip ini.
Terkait dengan cara kerja struktur dan fungsi otak, terdapat
beberapa prinsip brain- based learning yang sangat penting untuk diketahui oleh
para pendidik.
a) Otak memproses beberapa aktivitas dalam waktu bersama
ketika seseorang sedang makan, secara simultan otak memproses kegiatan mulut
untuk mengunyah, lidah untuk mengecap, dan hidung untuk mencium bau makanan.
b) Otak memproses informasi secara keseluruhan dan secara
bagian per bagian dalam waktu bersamaan (simultan). Ketika seseorang anak
belajar naik sepeda, aspek motorik, kognitif dan emosi anak terlibat secara
bersamaan. Dengan demikian anak akan lebih cepat menguasai ketrampilan ini,
dari pada hanya memperoleh teori saja, yang hanya ditumpukan pada aspek
kognitif.
c) Proses pembelajaran melibatkan seluruh aspek fisiologi
manusia secara alami otak selalu mencari makna atau arti dalam setiap informasi
yang diterimanya. Otak akan memproses lebih lanjut informasi yang bermakna,
namun tidak demikian dengan informasi yang tidak bermakna.
d) Faktor emosi sangat mempengaruhi proses belajar.
e) Motivasi belajar akan meningkat bila diberikan sesuatu
yang menantang dan akan terhambat bila diberikan ancaman.
f) Manusia akan lebih mudah mengerti dengan diberikan fakta
secara alami atau ingatan spasial (bentuk gambar).
Terdapat
tiga dimensi yang harus dipahami dalam konsep DAP yaitu:
a. Patut Menurut Umur
Dalam
dimensi ini pendidik diharapkan memahami tahapan perkembangan anak secara
kronologis. Pemahaman tentang hal ini dapat menjadi bekal bagi pendidik untuk
mengetahui aktifitas, materi, dan interaksi social apa saja yang sesuai,
menarik, aman, mendidik, dan menantang bagi anak. Hal ini sangat penting
sebagai acuan dalam merancang dan menerapkan kurikulum, serta menyiapkan
lingkungan belajar yang patut dan menyenagkan.
b. Patut Menurut Lingkungan Sosial Dan Budaya
Pemahaman
pendidik terhadap latar belakang sosial budaya anak dapat dijadikan dijadikan
sebagai acuan guru dalam mempersiapkan materi pembelajaran yang relevan dan
bermakna bagi anak. Disamping itu, pendidik juga dapat mempersiapkan anak
secara lebih dini untuk menjadi individu yang dapat beradaptasi dengan
lingkungan sosial budayanya.
c. Patut Menurut Anak Sebagai Individu Yang Unik
Pendidik
juga harus memahami bahwa setiap anak merupakan pribadi yang unik, dimana ia
membawa bakat, minat, kelebihan dan kekerangannya, serta pengalaman masing –
masing anak dalam berinteraksi. Program DAP yang dikemukakan oleh Bredekamp
bahwasanya pada proses pembelajaran hendaknya menyediakan berbagai aktivitas
dan bahan-bahan yang kaya serta menawarkan pilihan bagi siswa sehingga siswa
dapat memilihnya untuk kegiatan kelompok kecil maupun mandiri dan memberikan
kesempatan bagi siswa untuk berinisiatif sendiri, melakukan keterampilan atas
prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang dipilihnya. Pembelajaran terpadu juga
menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau
tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik.
Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi
anak. Proses pembelajaran seharusnya memperhatikan kebermaknaan artinya apa
yang bermakna bagi anak menunjuk pada pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai
dengan minat-minatnya.
Prinsip
Pokok DAP (Developmentally Appropriate
Practice)
Metode pembelajaran yang sejalan dengan konsep DAP adalah
metode pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. Metode ini, selain sesuai
dengan tahapan perkembangan anak, juga memperhatikan keunikan setiap anak. Metode
pembelajaran dengan konsep DAP dianggap dapat mempertahankan, bahkan
meningkatkan gairah belajar anak-anak. Konsep DAP memperlakukan anak sebagai
individu yang utuh (the whole child)
yang melibatkan empat komponen, yaitu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills),
sifat alamiah (dispositions), dan
perasaan (feelings), karena pikiran,
emosi, imajinasi, dan sifat alamiah anak bekerja secara bersamaan dan saling
berhubungan. Dengan kata lain, metode pembelajaran yang baik adalah metode
pembelajaran yang dapat melibatkan semua aspek ini secara bersamaan, sehingga
perkembangan intelektual, sosial, dan karakter anak dapat terbentuk secara
simultan.
Telah disebutkan bahwa pendidikan di sekolah seharusnya
bertujuan untuk membangun manusia holistik. Agar tujuan itu tercapai, maka prinsip
pendidikan harus mengacu kepada prinsip-prinsip pembelajaran yang dapat
mengarahkan proses pembelajaran secara efektif. Berdasarkan hasil studi pustaka
dari berbagai sumber, maka dapat disimpulkan bahwa ada tiga prinsip antara
lain:
1) Pembelajaran memerlukan pastisipasi aktif para siswa (belajar aktif). Motivasi belajar akan meningkat kalau siswa terlibat aktif (mempraktekan) dalam mempelajari hal-hal yang konkrit, bermakna, dan relevan dalam konteks kehidupannya.
2) Setiap anak belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda Anak-anak dapat belajar dengan efektif ketika mereka dalam suasana kelas yang kondusif (conducive learning community), yaitu suasana yang memberikan rasa aman dan penghargaan, tanpa ancaman, dan memberikan semangat.
3) Prinsip pembelajaran tersebut didukung oleh beberapa hasil riset otak yang mempunyai implikasi terhadap pendidikan. National Research Council (1999) dalam Megawangi, dkk. (2004) mengumpulkan dan mengkompilasikan berbagai hasil riset otak yang harus menjadi acuan bagi para pendidik agar proses pendidikan dapat berjalan dengan efektif.
1) Pembelajaran memerlukan pastisipasi aktif para siswa (belajar aktif). Motivasi belajar akan meningkat kalau siswa terlibat aktif (mempraktekan) dalam mempelajari hal-hal yang konkrit, bermakna, dan relevan dalam konteks kehidupannya.
2) Setiap anak belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda Anak-anak dapat belajar dengan efektif ketika mereka dalam suasana kelas yang kondusif (conducive learning community), yaitu suasana yang memberikan rasa aman dan penghargaan, tanpa ancaman, dan memberikan semangat.
3) Prinsip pembelajaran tersebut didukung oleh beberapa hasil riset otak yang mempunyai implikasi terhadap pendidikan. National Research Council (1999) dalam Megawangi, dkk. (2004) mengumpulkan dan mengkompilasikan berbagai hasil riset otak yang harus menjadi acuan bagi para pendidik agar proses pendidikan dapat berjalan dengan efektif.
Beberapa hasil riset tersebut adalah :
a) Proses
belajar melibatkan seluruh dimensi manusia (tubuh, pikiran,dan emosi)
b) Faktor emosi
sangat berperan dalam mempengaruhi sistem limbik otak yang dikenal sebagai otak
emosi. Sistem limbik ini berperan dalam memfilter segala macam persepsi yang
masuk. Apabila persepsi yang masuk berupa ancaman, ketakutan, kesedihan, maka
bagian batang otak yang merupakan otak reptil (binatang) akan lebih berperan
sehingga seseorang akan berada dalam modus bertahan atau menyelamatkan diri.
Suasana di kelas tradisional yang kaku akan menurunkan fungsi otak menuju
batang otak, sehingga anak tidak bisa berpikir efektif. Sedangkan dalam kondisi
yang menyenangkan, aman, dan nyaman akan mengaktifkan bagian neo-cortex (otak berpikir), sehingga
dapat mengoptimalkan proses belajar dan meningkatkan kepercayaan diri anak.
c) Informasi yang menarik dan bermakna akan disimpan lebih
lama dalam memori, sedangkan informasi yang membosankan dan tidak relevan, akan
mudah dilupakan.
d) Kaitan erat antara aspek fisiologi, emosi dan daya ingat
mempunyai implikasi penting bagi proses belajar, yaitu : suasana belajar yang
menyenangkan, melibatkan seluruh aspek sensori manusia (panca-indera), relevan
atau kontekstual, dan yang terpenting, proses belajar harus memberikan rasa
kebahagiaan.
e) Manusia akan lebih mudah mengerti kalau terlibat secara
langsung dalam mengerjakannya, atau dengan ingatan spatial (bentuk atau
gambar).
Terkait dengan penelitian disekolah dasar maka terdapat beberapa prinsip pembelajaran efektif berikut:
Terkait dengan penelitian disekolah dasar maka terdapat beberapa prinsip pembelajaran efektif berikut:
a) Berangkat yang dimiliki anak
b) Belajar harus menantang pemahaman anak
c) Belajar dilakukan sambil bermain
d) Menggunakan alam sebagai sarana pembelajaran
e) Belajar dilakukan melalui sensorinya
f) Belajar sambil melakukan.
3.
Tahap – Tahap Pembelajaran DAP (Developmentally
Appropriate Practice)
Prinsip-prinsip
di atas telah memberikan dampak terhadap perubahan metode belajar yang sejalan
dengan konsep pendidikan yang patut. Adapun tahapan-tahapannya adalah:
a)
Menciptakan lingkungan belajar yang dapat membuat anak asyik dalam pengalaman
belajar, yaitu dengan melibatkan aspek fisiologi anak. Misalnya dengan games
(kegiatan yang menyenangkan) akan melibatkan seluruh aspek fisik, emosi, sosial
dan kognitif anak secara bersamaan (simultan).
b)
Menciptakan kurikulum yang dapat menimbulkan minat anak dan kontekstual,
sehingga anak menangkap makna atau dari apa yang dipelajarinya
c)
Menciptakan suasana belajar yang bebas tekanan dan ancaman, tetapi tetap
menantang bagi anak untuk mencari tahu lebih banyak
d)
Berikan mata pelajaran dengan melibatkan pengalaman kongkrit, terutama dalam
pemecahan masalah, karena proses belajar paling efektif bukan dengan ceramah,
tetapi dengan memberikan pengalaman nyata.
PENDIDIKAN UNTUK ANAK USIA DINI YANG KURANG
BERUNTUNG
Bertahun-tahun anak-anak US yang
berasal dari keluarga kelas menengah kebawah tidak mendapatkan pendidikan
sebelum mereka memasuki kelas 1 SD (Sekolah Dasar). Sering kali mereka
tertinggal dalam pelajaran dari teman-teman sekelas mereka yang lain. Kemudian
pada musim panas di tahun 1965, pemerintahan berusaha untuk merubah nasib
pendidikan anak-anak dari kelas menengah kebawah tersebut melalui Project Head Start. Ini adalah program
yang dibuat untuk memberikan kompensasi agar anak-anak tersebut mendapatkan
kesempatan untuk memperoleh keterampilan-keterampilan dan pengalaman-pengalaman
yang penting untuk kesuksesan mereka di sekolah. Setelah hampir setengah abad,
Heard Start menjadi program dengan pembiayaan terbesar yang didanai oleh
pemerintah dengan hampir 1 juta anak US yang terdaftar setiap tahunnya.
Tetapi program-program Head Start tidak semua berhasil. Ada
sekita 40 pese dari 4000 program Head
Start yang masih dipertanyakan. Untuk mendapatkan program-program yang
berkualiatas tinggi, Head Start masih
perlu untuk lebih diperhatikan. Salah satu orang yang sangat memperhatikan
tentang kemajuan program-program tersebut adalah Yolanda Gracia. Dia merupakan
direktur Departemen Pelayanan Anak Di Santa Clara, California. Dia bertanggung
jawab untuk mengelola program perkembangan 2.500 anak yang berumur 3-5 tahun
didalam 127 kelas.
Di Indonesia pemerintahan membentuk
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Menurut UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, pasal 1, butir 14 dinyatakan
bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut”.
Sedangkan menurut Santrock,
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan melibatkan seluruh anak mencakup
kepedulian akan perkembangan fisik, kognitif, dan social anak. Pembelajaran
diorganisasikan sesuai dengan minat-minat dan gaya belajar anak.
Terdapat beberapa jenis pelayanan
untuk pendidikan anak usia dini. Jika diluar negeri hanya terdapat 2 jenis
dalam pelayanannya, yaitu : Kindergarten
dan Day Care, di Indonesia memiliki 4
jenis pelayanan, yaitu :
1) Taman Kanak-Kanak (Kindergarten)
2) Kelompok Bermain (Play Group)
3) Taman Penitipan Anak (Day Care)
4) PAUD sejenis (Similar with Play Group)
Penyelenggaran PAUD di Indonesia
semata-mata adalah untuk menstimulasi kecerdasan anak secara komprehensif,
pengasuhan terhadap anak dan mengembangkan potensi kecerdasan spiritual yang
dilaksanaka melalui pendekatan olah pikir, olah rasa dan olah raga. Di samping
itu juga diberikan pengetahuan dan pembinaan terhadap kondisi kesehatan dan
gizi peserta didik.
Materi yang biasa diajarkan untuk anak usia 3-6
tahun adalah :
- Keaksaraan, yang mencakup peningkatan
kosakata dan bahasa, serta percakapan
- Konsep matematika
yang mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan hubungan.
- Pengetahuan alam
yang lebih menekankan pada objek fisik, kehidupan bumi, dan lingkungan
- Pengetahuan social
yang mencakup hidup orang banyak, bekerja, berinteraksi dengan orang lain.
- Seni yang mencakup
menari, music, bermain peran, menggambar, dan melukis.
- Teknologi yang mencakup alat-alat dan
penggunaan teknologi yang digunakan dirumah atau sekolah
KONTROVERSI PADA PENDIDIKAN ANAK PRA SEKOLAH
Kontroversi yang terjadi pada
pendidikan anak pra-sekolah antara lain bagaimana kurikulum pada pendidikan
anak pra sekolah. Kontroversi tentang belajar membaca untuk anak usia dini
memang tetap ada. Beberapa pihak bahkan melarang orang tua atau guru untuk
mengajarkan keterampilan membaca pada usia dini, dengan alasan takut anak-anak
jadi terbebani, sehingga mereka menjadi benci dengan kata “belajar”.
Namun
selama prinsip belajar bersifat ‘fun’
yang dikembangkan, materi apapun yang diajarkan kepada anak usia dini selalu
direspon dengan baik dan anak-anak suka untuk belajar. Mengajak anak-anak untuk
belajar membaca menurut saya jauh lebih baik daripada membiarkan mereka
menonton TV seharian. Tanpa kita sadari sesungguhnya anak-anak juga belajar
sesuatu lewat TV, yang sayangnya lebih banyak berupa hal-hal negatif daripada
hal-hal yang positif.
Seputar metode belajar, metode
mengajar balita membaca sangatlah beragam. Karena begitu beragamnya, lagi-lagi
kita akan menemukan perbedaan dasar pemikiran dari metode-metode tersebut.
Meskipun kadang-kadang sering mencuat pertentangan yang tajam antar berbagai
metode, kita tak perlu bingung. Kenali saja semuanya lalu sesuaikan dengan gaya
belajar anak-anak kita. Sejauh ini di dunia belajar ini dikenal 2 metode besar,
yaitu metode terstruktur dan metode tidak terstruktur (acak). Keduanya tidak
lebih baik atau lebih jelek dari yang lainnya. Metode terstruktur dan tidak
terstruktur (acak) bisa saling melengkapi sesuai karakter dua belahan sisi otak
kita yang kini populer dengan istilah otak kiri dan otak kanan.
Otak
kiri memiliki karakteristik yang teratur, runut (sistematis), analitis, logis,
dan karakter-karakter terstruktur lainnya. Kita membutuhkan kerja otak kiri ini
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan data, angka,
urutan, dan logika.
Adapun
karakteristik otak kanan berhubungan dengan rima, irama, musik, gambar, dan
imajinasi. Aktivitas kreatif muncul atas hasil kerja otak kanan. Melalui
deskripsi tentang karakteristik dua belahan otak tersebut, kita tentu bisa
melihat bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita, dan anak-anak
bisa disentuh dengan metode yang mengaktifkan keduanya.
Selain
metode belajar, karakteristik anak-anak juga perlu kita kenali dan pahami agar
kita bisa membangkitkan minat belajar mereka dengan cara yang sesuai.
Beberapa
karakteristik anak secara umum adalah sebagai berikut:
1.Konsentrasi lebih pendek
(relatif)
2.Tidak suka diatur/dipaksa
3.Tidak suka dites
Ketiga ciri tersebut jelas
menunjukkan kepada kita bahwa menstimulasi ataupun mengajar balita membaca tak
bisa dilakukan dengan cara-cara orang dewasa. Kita membutuhkan cara yang lebih
bervariasi dan adaptif terhadap kecenderungan anak-anak. Dan hanya satu
kegiatan yang bisa memfasilitasi 3 karakteristik di atas yaitu BERMAIN.
Mengapa
harus bermain? Karena dalam bermain anak-anak tidak menemukan tes, paksaan, dan
batas waktu. Ketika bermainlah anak-anak menemukan kebebasan dirinya untuk
berekspresi. Ketika bermain pula mereka menemukan kesenangan mereka, dan pada
saat seperti itulah kegiatan belajar justru menjadi sangat efektif.
Pasal
1 ayat 14 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut (Supriadi, 2004). Penelitian Clarke – Stewart dan Fein
(sitat dalam Santrock, 1995 dalam Heru Astikasari, 2004) menunjukkan bahwa
anak-anak yang sejak usia dini telah mengikuti program pendidikan (playgroup
maupun taman kanak-kanak), mereka lebih mandiri, berkompeten dan dewasa secara
sosial, dalam arti mereka lebih percaya diri, dapat mengekspresikan diri secara
verbal, mengetahui dunia sosial, bisa menyesuaikan diri dengan keadaan sosial
yang menyenangkan serta keadaan yang tidak menyenangkan.
Seperti
apa seharusnya program pendidikan untuk anak usia pra sekolah? Seharusnya huruf
mulai diperkenalkan ketika anak-anak sudah mampu memahami bahasa verbal dan
tulis (lewat suatu cerita yang dibacakan oleh orang tua atau guru). Membaca dan
menulis seharusnya bukan sebagai tujuan utama melainkan sebagai suatu sarana,
agar anak menjadi tertarik terhadap deretan huruf-huruf dari suatu tulisan.
Nawawi (dalam Ihsan, 2003) menyatakan bahwa pendidikan regular adalah usaha
pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, berencana, terarah dan sistematis
melalui suatu lembaga pendidikan yang disebut sekolah. Kurikulum pendidikan
reguler merupakan kurikulum yang ditetapkan oleh Depdiknas dan mempunyai waktu
belajar yang relatif singkat (reguler) dibandingkan dengan jenis pendidikan
terpadu yang sekarang ini sedang berkembang. Pendidikan terpadu ini biasanya
menggunakan jenis pendidikan full days school yang merupakan konsep belajar
sehari penuh dimana anak didik berada di lingkungan sekolah dari pagi hingga
sore hari. Jenis pendidikan ini berusaha mengoptimalkan kurikulum yang telah
disusun oleh Depdiknas dengan pendidikan modern, baik dilihat dari sarana dan
prasarananya maupun dilihat dari bentuk pendidikan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John W. (2009) Life-span development . Dallas ;
McGrawHill
Papalia ,Olds , Feldman. (2007) Human Development.NewYork ; McGrawHill
Hurlock ,Elizabeth (1980) Developmental Psychology.NewYork;McGrawHill